SURAT
Satu lagi kertas penuh coretan memenuhi tempat sampah. Sudah lembar yang kesepuluh, namun aku tetap saja tidak bisa menyusun kata-kata indah, untuk mengungkapkan semuanya. Sudah semenjak sore ini, aku duduk di meja, aku sudah bulat untuk menulis sebuah surat. Sebuah surat yang merefleksikan kerinduan, rasa cinta dan kasih sayang yang dalam. Surat itu harus puitis, dengan untaian kata-kata indah, penuh kehangatan, dan rayuan maut, sehingga orang yang membacanya akan jatuh cinta padaku, atau bagi orang yang telah mencintai aku, dia akan semakin cinta dan sayang sama aku, namun...kenyataannya satu paragraf pun belum selesai, tidak ada satu katapun yang aku pandang cocok. Hampir aku menyerah, untuk melanjutkan menulis surat lagi. Bahkan sampai ada ide untuk mengirim paket saja, sebuah paket bunga, bunga mawar putih. Bukankah bunga itu itu berarti melebihi seribu kata ? aku tidak dapat menjawabnya, karena bagiku jangankan seribu kata, sepuluh kata indah saja, sungguh sulit. Bodoh amat aku ini, pujangga gagal, dan perayu tumpul (maki aku pada diriku sendiri).
Sudah hampir seminggu ini aku, merancang akan membuat sepucuk surat. Sebuah surat saja tidak lebih dan tidak kurang. Dalam Kahlil Gibran, tidak kutemukan kata-kata yang ingin aku tulis itu. Chairil Anwar, tidak kutemukan juga. Dari majalah remaja sampai Indonesia Heritage, aku obrak-abrik, hasilnya nihil. Setiap pagi aku datang 30 menit lebih awal ke kantor, untuk membaca koran, supaya aku mendapat inspirasi untuk menulis surat itu. Masih saja nihil, kertas surat itu masih kosong melompong, bahkan ide pun tidak ada. Bayangkan seminggu untuk sepucuk surat, bahkan tidak cukup masih butuh waktu lagi untuk aku mencari referensi surat yang aku inginkan.
Seminggu sudah habis, dan malam ini aku putuskan untuk bisa menulis surat itu, pokoknya harus jadi. Aku bangkit dari kursi, sejenak memandang keluar. Jalanan mulai sepi hanya satu dua mobil yang lewat. Lalu kupandangi kertas-kertas yang telah sukarela aku corat-coret, tanpa protes sedikitpun. Aku menyerah. Aku telah berusaha, namun aku gagal, biarlah kertas itu yang jadi saksinya. Dan akan kukatakan saja secara langsung.