“Khusus kepada saudara-saudaraku di Aceh, bersabarlah. Bila kelak Cut Nyak memimpin negeri ini, tak akan saya biarkan setetes pun darah rakyat menyentuh Tanah Rencong yang begitu besar jasanya dalam menjadikan Indonesia merdeka. Kepada kalian saya akan berikan cinta saya…”. (M)
Sobat-sobat masih ingat ngak dengan ucapan itu? Ayo ingat-ingat lagi! Itu janji yang diucapkan sebagai pidato kemenangan sebuah partai di negeri yang kaya tetapi penduduknya miskin ini. Tapi sobatku tahu kan, akhirnya ceceran darah itu tetap mengalir deras, bahkan sangat deras, menyisakan pilu dan luka yang semakin menganga dan bekas luka itu akan membekas sepanjang hayat. Dua kali tercatat dalam sejarah rakyat Aceh di bodohi, masih ingatkan? Dulu ketika sang Bapak berkuasa, rakyat Aceh juga di beri janji untuk bisa menjalankan syariat Islam. Tapi apakah yang terjadi?
Sekarang ini lagi maraknya pemilu. Seperti biasa pemilu tanpa janji seperti kurang
afdhol. Maka janji manis, janji palsu dan janji jadi jadian pun pada diobral, seharga kaos partai yang tidak bermerk itu. Coba kalau kaos partai buatan Adidas, Nike, mungkin saya mau. Layaknya orang yang jatuh cinta, kampanye tanpa janji, adalah kosong, tanpa harapan, tanpa mimpi yang ingin terwujud. Begitu juga orang yang sedang kasmaran, tanpa janji kesetiaan, apalah yang bisa dipegang. Mungkin...kalo orang yang jatuh cinta, janjinya masih merdu untuk didengar, tapi janji politik tak sedaplah ditelinga.
Janji bisa diucapkan siapa saja. Baik dalam keadaan sadar maupun tidak sadar. Baik dengan itikad ingin dilaksanakan maupun gombal belaka. Baik yang dengan mengucapkan asma Allah maupun tidak. Itulah janji. Mungkin juga pada awal mengucapkan janji itu ingin memenuhi janji itu, tapi apa daya kalau udah lama suka kena penyakit lupa.
Kalau dianalogikan sebuah keluarga, ada seorang anak yang terus-menerus minta dibelikan sesuatu pada ibu bapaknya. Tapi bapak/ibunya itu, karena mungkin sibuk, tetapi bukan karena tidak punya uang, akhirnya menjanjikan akan membelikan barang itu, seandainya bapak/ibunya telah naik pangkat. Sekarang bapak/ibunya naik pangkat ke tempat basah. Bapak/ibunya lupa akan janji, dasar orang tua brengsek, bukannya dipenuhi janjinya, eh malah mengirim tank-tank pembunuh, matilah ribuan orang disana, tega nian dikau orang tua, bagaimana nasib anaknya kelak?