PENDEKAR KEHIDUPAN :
Tuesday, October 28, 2003

 
DONGENG

Pelangi, bolehkah aku bercerita sedikit
Tentang bunga yang indah di taman itu
Dia sungguh menawan hati
Tahukan pelangi ?
Bunga itu nanti akan tumbuh dan tumbuh
Sebagai melati suci, penghias nan abadi

Pelangi...
Bolehkah kupinjam sedikit warna indahmu
Aku mau hijaumu,
Aku mau kuningmu,
Bahkan kalau boleh semua warnamu,
Buat menyelimuti...bungaku yang sedang layu

Pelangi..
Relakan dirimu untuk mewarnai bungaku
Hanya dikau harapanku saat ini

Bdg, 2 Ramadhan 1424
 
PENDEKAR KEHIDUPAN :
Sunday, October 26, 2003

 
MILAD

Milad atau Dies Natalis, biasanya di lakukan semacam acara baik formil maupun non formil, yang esensinya untuk mengenang kembali kelahiran. Baik itu organisasi, kelahiran manusia atau bisa juga memperingati sesuatu yang dianggap penting. Milad atau Dies Natalis ini, di peringati setiap tahun, sehingga di sebut juga Ulang Tahun.

Sebentar lagi orang islam akan mengperingati milad lagi. Taruhlah begini, tahun yang lalu, ketika menjelang idul fitri suka ada orang yang bilang,"setelah selama sebulan kita menjalankan ibadah puasa dan ibadah lainnya, dan mudah-mudahan kita terlahir kembali, menjadi orang yang fitri, suci dan bersih seperti pertama kali kita lahir". Jadi kalau begitu ramadhan sekarang adalah milad kita yang ke satu, di hitung dari ramadhan yang kemarin. Setahun bukan lah waktu yang lama, tapi bukan berarti waktu yang pendek, banyak kejadian yang bisa terjadi dalam satu tahun.

Ramadhan yang sekarang, saya jadikan momentun atau semacam intropeksi diri kedalam, terhadap usia saya selama setahun ini. Misalnya begini, kalau ramadhan kemarin ibadah saya di terima (semoga Allah menerimanya), saya sejak itukan suci, telah bebas dari dosa-dosa, nah tetapi namanya manusia, dia itu kan selalu dan selalu mengulang dosa-dosanya kembali. Tahun ini kira-kira dosa apa yang saya lakukan ? sebesar apa dosa saya itu ? mampukah saya menghapus dosa-dosa yang saya lakukan dalam setahun dengan ibadah sebulan ? banyak pertanyaan yang muncul di kepala saya ini.

Selain dosa, saya juga melihat tentang kebahagiaan yang di temui sampai saat ini. Apa saja yang membuat saya merasa bahagia dan apa juga yang membuat saya merasa sedih yang sangat ?
Dan telah berbuat apa saja setahun ini?

Sungguh pekerjaan yang berat untuk menyimpulkan saya ini termasuk orang yang beruntung atau merugi dalam menjalani hidup ini. Sengaja saya mengunakan rumus sederhana untuk bisa menilai diri saya ini. Hal-hal yang menggembirakan saya kasih nilai positif 2. Hal yang menyedihkan saya kasih point minus 1. Kemudian faktor usia saya gunakan sebagai pengali dengan nilai, selalu berubah, artinya pengali ini saya hitung naik sesuai dengan bertambah usia, kemudian faktor pembagi adalah 12. Nah angka yang dihasilkan berapa ? lalu saya tinggal melihat tabel, di cocokan angkanya.

Kalau di tanya kebahagiaan yang penting selama setahun ini apa ? Sulit sekali menjawab pertanyaan ini. Tetapi setidaknya saya tetap istiqomah. Masih ada kontribusi untuk kemajuan Islam, baik di nilai secara pribadi maupun secara islam sebagai suatu sistem. Islam sebenarnya tidak membutuhkan saya, ada atau tidak ada saya, islam tetap eksis. Saya lah yang membutuhkan islam.

Dan selama setahun ini saya juga mempunyai hobby baru yaitu internet, banyak hal yang membuat saya menyukai internet. Pertama karena media ini,menyimpan informasi yang melimpah, mulai dari junk sampai sesuatu yang bermanfaat, kemudian saya memiliki komunitas dan teman-teman dan saudara-saudara baru, dan saya juga memiliki suatu yang lebih yang membuat saya terdorong untuk hadir dan terus menggunakan media ini. Disini juga salah satu tempat saya berbagi cerita, berbagi kasih dan sayang, tentunya dalam batas-batas yang wajar.

Setahun terasa cukup untuk memiliki bekal menaruh kepercayaan, kesetiaan dan selanjutnya tentu mewujudkan dalam kehidupan yang nyata. Alangkah anehnya kan, hidup selamanya dalam dunia virtual, media ini adalah alat menuju sesuatu, bukan suatu tujuan akhir. Artinya begini, selama ini kita berkawan dalam dunia virtual, alangakah bagusnya dalam kehidupan nyata pun kita tetap menjalaninya.

Kalau boleh diakui, hanya sedikit sahabat yang saya dapat kan dari media ini, namun dari yang sedikit itu merupakan hasil seleksi yang panjang, ternyata hanya beberapa saja yang bisa di jadikan saudara atau dapat terpercaya. Tapi itulah semua kehidupan memang seperti itu. Kualitas lebih penting dari kualitas. Insya Allah meskipun sedikit saya merasa memiliki sahabat atau saudara yang cukup mewakili. Jadi alangkah sayangnya apabila persaudaraan atau jalinan yang selama ini terbentuk terputus begitu saja. Justru saya selalu berdoa untuk dapat terus menjalin hubungan persaudaraan dan kasih sayang selama ini, sampai milad terakhir yang saya jalani.

Dalam setahun ini pula, benang-benang kusut itu telah menjadi suatu kain dengan motif dan pola yang jelas, bagaimana akhirnya akan terbentuk suatu kain yang indah, dengan motif yang menyenangkan untuk di bentuk menjadi pakaian yang indah, dipakai bersama-sama, saling melengkapi dan saling menghiasi. Pakaian yang indah dan bagus merupakan cerminan kepribadian pemakainya.

Setahun ini pula, yang dijalani hari perhari, dimana hari esok selalu di nantikan dengan penih haraf, meskipun kadang penuh kecemasan di dalamnya.

Marhaban ya ramadhan, lahirkan kembali aku dalam kesucian, cuci bersih diriku, sehingga aku tidak perlu di cuci di akhirat kelak karena dosa-dosa yang terlampau banyak.

"SELAMAT MENJALANKAN IBADAH PUASA, BAGI PARA SAHABAT, SAUDARA, KAKAK, ADE,IBU-IBU, BAPAK-BAPAK DAN CALON IBU :)"

(Toek : yang milad desember tahun ini).
 
PENDEKAR KEHIDUPAN :
Monday, October 13, 2003

 
MIMPI

Memang mimpi tidak usah beli, untuk mendapatkan mimpi cukup tidur saja, kalau beruntung pasti gampang bermimpi, namun kalau tidak, resiko itu mah. Ada peribahasa, mimpi di siang bolong itu artinya pemimpi yang bermimpi tanpa melalui tidur, mana mungkin kan mimpi tanpa tidur.

Ngomong-ngomong tentang mimpi sampai saat ini ada tiga mimpi besar dalam hidup yang ingin di wujudkan. Yaitu; 1. hidup dalam negara impian, 2. hidup di kota impian, dan 3. hidup bersama keluarga impian. Semuanya masih mimpi, dan entah kapan terlaksana, namun setidaknya, saya telah meletakan satu pondasi untuk meraih sebuah impian. Bukan berarti saya hidup dalam mimpi, tapi saya orang hidup yang selalu mempunyai impian, makanya saya terus berupaya untuk hidup.

Negara impian saya, yaitu suatu negara dimana tiada kekuasaan melebihi dari kuasa Allah SWT. Semua orang tunduk dan taat pada Allah SWT, bukan hanya bertuhan, tetapi bertuhan satu, yaitu Allah SWT. Saya yakin apabila semua orang ini taat dan tunduk pada sesuatu yang maha, tidak mungkin, kita akan kekurangan dan terjadi kekacauan seperti saat ini. Kota impian, saya bermimpi tinggal di suatu kota, yang teduh dan rindang. Di tengah-tengah kota ada square, disekelilingnya ada kolam, di pinggir-pinggir kolam itu ada taman-taman, yang mengalir air jernih. Tidak berapa jauh disana ada pusat pemerintahan. Dalam radius 1 km menuju square ini, tidak boleh ada kendaraan bermesin. Tidak peduli wali kota atau presiden, semua jalan kaki. Pemukiman penduduk berada di sekitarnya. Jalan-jalan mulus dan bersih, tidak ada puntung rokok dan botol-botol minuman, dan yang lebih penting tidak ada pasar tumpah, dan angkot yang yang semrawut. Semua profesi ada asosiasinya, dari asosiasi tukang becak, sopir angkot, sampai insinyur. Semua orang yang bekerja harus mengambil akte di asosiasi ini, dan gaji pokoknya standar, tukang becak dan insinyur tidak terlalu jauh. Namun semua dapat hidup layak, tanpa subsidi. Asosiasi profesional ini bebas kkn, semua profesi harus registrasi minimal dua tahun sekali, dan setelah sepuluh tahun bebas untuk registrasi. Jadi semua bekerja secara profesional, dan tidak memandang status pekerjaannya yang lebih penting adalah bekerja, bekerja dan bekerja.

Dan satu impian lagi yaitu adalah saya mempunyai keluarga impian. Sebagai bagian paling penting adalah membentuk keluarga impian, keluarga ideal. Terangkum dalam kalimat keluarga sakinah, mawadah dan warohmah.

Mimpi aje yee...
 
PENDEKAR KEHIDUPAN :
Sunday, October 12, 2003

 
NGACO

Ngaco asal katanya dari kacau artinya tidak teratur. Jadi ngaco itu berarti tidak beratur atau sesuatu yang aneh, tidak umum, bisa juga di definisikan kepada seuatu yg tidak benar. Biasanya di kaitkan dengan perilaku seseorang yang tidak lazim dengan kondisi umum. Misalnya seperti aku ini, agal ngaco, dikit saja sich. Sebenarnya aku ini orang yang baik, teratur, lazim dan taat aturan. Pokoknya follow the rule.

Kenapa aku jadi ngaco. Sedikit kisah ini akan menjelaskan si kenapa itu. Ketika bangun tiap pagi, untuk pergi kerja. Mesti mandi kan ? nah ini ketika mandi aku suka mikir, air ini kan dari PAM, lalu kenapa aku kok jalannya hanya di malam hari, udah gitu dikit lagi. Mandi mesti irit nich, ya udah cocok apalagi mandi pagi-pagi kan dingin.

Setelah itu mesti naik angkot kan ?. Terjebak macet di mana-mana, pasar tumpah, rel kereta api, angkot yang sembarangan, weleh makin mudeng dech. Di Bandung itu banyak orang pinter, yakin dech salah satu kota di Indonesia yang memiliki banyak orang pinter adalah Bandung, tapi kenapa ngurus transport saja tidak bisa. Udah gitu tiap lampu setopan banyak sekali fenomena ketimpangan sosial dan ketidak suksesan pembangunan dalam hal mendidik, membuka lapangan kerja dan kedisiplinan. Sepanjang jalan juga tidak nyaman, kondisi jalannya banyak yang sudah berlubang-lubang dan banyak genangan air di mana-mana.

Sampai ke tempat kerja, kekacauan bertambah lagi, tiba-tiba mati lampu. Ruangan jadi gelap dan kompi pada ngak bisa di jalankan, produktifitas payah, dan semangat kerja jadi menurun. Kenapa juga PLN, melakukan pemadaman dalam jam yang semestinya orang bisa kerja ?

Pulang kerja, kembali siap-siap untuk dijejali kekacauan lagi, apalagi setumpuk kerjaan menunggu juga. Jadi makin penat nich otak, jadi rindu kampung halaman, tenang dan damai.

Kadang mikir ingin cepat tua, kan enak jadi pensiunan, duduk bersarung di belakang rumah sambil ngasih makan ayam, sambil nemenin cucu main-main. Udah gitu, makan pisang goreng sambil bincang-bincang sama istri di pinggir kolam.

Betul kan aku ngaco ? lihat saja tulisan ini, ngak pada nyambung. Siap-siap ach mau mandi, kudu berangkat kerja nich. Aku mesti kerja dan cari uang supaya bisa beli ayam, kolam dan rumah, juga sarung, modal pensiun nanti. Dan yang lebih penting nabung buat meminang calon nenek cucuku, kalo ngak ada neneknya, gimana dapetin cucu, iyach kan ? Ya udah mudeng dan tidak mudeng berangkat kerja, kalau ngak ? aku ngak bisa sarungan nanti dan main-main sama cucu. Dah, pergi dulu yach nek ? jangan ngumpet saja dong ? kakek kangen. Hehehe (ngaco lagi ...dech).
 
PENDEKAR KEHIDUPAN :
Saturday, October 04, 2003

 
SURAT

Satu lagi kertas penuh coretan memenuhi tempat sampah. Sudah lembar yang kesepuluh, namun aku tetap saja tidak bisa menyusun kata-kata indah, untuk mengungkapkan semuanya. Sudah semenjak sore ini, aku duduk di meja, aku sudah bulat untuk menulis sebuah surat. Sebuah surat yang merefleksikan kerinduan, rasa cinta dan kasih sayang yang dalam. Surat itu harus puitis, dengan untaian kata-kata indah, penuh kehangatan, dan rayuan maut, sehingga orang yang membacanya akan jatuh cinta padaku, atau bagi orang yang telah mencintai aku, dia akan semakin cinta dan sayang sama aku, namun...kenyataannya satu paragraf pun belum selesai, tidak ada satu katapun yang aku pandang cocok. Hampir aku menyerah, untuk melanjutkan menulis surat lagi. Bahkan sampai ada ide untuk mengirim paket saja, sebuah paket bunga, bunga mawar putih. Bukankah bunga itu itu berarti melebihi seribu kata ? aku tidak dapat menjawabnya, karena bagiku jangankan seribu kata, sepuluh kata indah saja, sungguh sulit. Bodoh amat aku ini, pujangga gagal, dan perayu tumpul (maki aku pada diriku sendiri).

Sudah hampir seminggu ini aku, merancang akan membuat sepucuk surat. Sebuah surat saja tidak lebih dan tidak kurang. Dalam Kahlil Gibran, tidak kutemukan kata-kata yang ingin aku tulis itu. Chairil Anwar, tidak kutemukan juga. Dari majalah remaja sampai Indonesia Heritage, aku obrak-abrik, hasilnya nihil. Setiap pagi aku datang 30 menit lebih awal ke kantor, untuk membaca koran, supaya aku mendapat inspirasi untuk menulis surat itu. Masih saja nihil, kertas surat itu masih kosong melompong, bahkan ide pun tidak ada. Bayangkan seminggu untuk sepucuk surat, bahkan tidak cukup masih butuh waktu lagi untuk aku mencari referensi surat yang aku inginkan.

Seminggu sudah habis, dan malam ini aku putuskan untuk bisa menulis surat itu, pokoknya harus jadi. Aku bangkit dari kursi, sejenak memandang keluar. Jalanan mulai sepi hanya satu dua mobil yang lewat. Lalu kupandangi kertas-kertas yang telah sukarela aku corat-coret, tanpa protes sedikitpun. Aku menyerah. Aku telah berusaha, namun aku gagal, biarlah kertas itu yang jadi saksinya. Dan akan kukatakan saja secara langsung.
 

N. Ali Akbar/Male/26. Lives in Indonesia/west java/bandung, speaks Indonesian and English. Eye color is black. I am average looking. I am also ambitious. My interests are shorinji kempo/reading.
This is my blogchalk:
Indonesia, west java, bandung, Indonesian, English, N. Ali Akbar, Male, 26, shorinji kempo, reading.

My Feel today: The current mood of n3ndy at www.imood.com

Brown Belt WSKO (World Shorinji Kempo Organization)

"If all the trees in the earth were pens, and the sea, with seven more seas to replenish it (with ink), the Words of Allah would never end. Allah is the Almighty, the Wise" (QS Lukman : 27)

This page is powered by Blogger